
Jejari ini
lelah mencengkeram duri
Luka telah bernanah sudah
Tebing hayal
campakkanku
di belukar pilu
terbaringku lusuh
melepuh luruh senja
Salib aku
di persimpangan waktu
Tumbang sudah
Bimbang yang tersisa
Penghujan rindu, kapankah bertandang?
Basahi wajahku yang telah layu gersang
Kemarilah,
menari bersama bebasah kenangan
Basuhlah,
debu masa yang mengendap lara
Bukankah gumpalan awan telah menguntai pesan?
Tentang sebuah harap yang tak pernah terucapkan
Penghujan rindu, kapankah bertamu?
Hatiku telah kemarau menunggumu
Pernah kukenal baik rasa bahagia itu,
tatkala tunas mulai tumbuh di tepi batu
seribu daun yang mekar,
bermandi embun terhangatkan mentari
Semoga masih ada,
yang ingin bertutur kata tentang bahagia,
saat musim semi mengetuk jendela kaca,
sehingga tiada sesiapa yang terantuk luka
Dan,
Manakala daun-daun bermekaran sepanjang jalan,
Kala bebunga telah merekah,
anginpun sibuk menghirupkan aroma cinta,
yang tercium dari napas benang sari dan putiknya
Pernah kureguk rasa getir itu,
tatkala tunasku mulai layu di hempas waktu
seribu daun yang terkapar,
terbakar oleh sengatan sang mentari
Semoga masih ada,
yang ingin bertegur sapa dengan tawa,
saat musim gugur mengetuk beranda pintu,
Biarpun lidah telah beku berdansa dengan kata,
Dan,
Manakala daun-daun mulai tercerai dari dekapan dahan,
Kala tangkainya tak lagi hangat memeluknya,
anginpun sibuk membisikkan rayuannya,
hingga ranting-rantingpun terbuai diayunnya
Saturday,April 17, 2010 at 9.53am