
Untukmu, yang Ku Sayang...
Tiada pernah lelah diri ini membilang namamu berulang-ulang. Pada tiap waktu, Kukecup dirimu dalam ribuan pagi, kala mentari masih sembunyi dalam selimut fajar, kala bunga yang masih segan keluar dari kuncupnya. Rasakanlah hadirku, yang bergulir dalam bebutir embun basahi dedaunan, mengayun manja pada pucuk dahan dalam senandung kicau burung. Untukmu, yang Ku Sayang... Tiada pernah letih diri ini membisikkan namamu berkali-kali. Dalam gemerisik angin, yang membelai rambut cemara dengan mesra. Dalam desir air yang terantuk bebatuan hilir. Dalam gelegak ombak, yang mengajak buih berenang menggapai pantainya…
Untukmu, yang Ku Sayang...
Dalam ribuan syukur, ingin kuhaturkan rasa terima kasih, akan hadirmu yang sungguh berarti bagiku. Ingin kusematkan kalimat, yang mampu melukiskan betapa agung pesonamu, yang selalu teduh memayung jiwaku. Tetapi penaku seolah terpasung beku, seperti keluh lidahku, yang tak mampu lagi berdansa dengan kata. Dalam senyap, biarlah kubercakap, tentang harap yang tiada pernah terucap. Tatkala aksara kata tak mampu mengungkapkannya, biarlah sunyi yang akan mengejanya
Untukmu, yang Ku Sayang...
Petikan cinta menggetar sukma di raga hampa jiwa terpasung kau usung keranda menjemputnya di bibir beku kau lumat dia
"Duduklah di sini, hai sang kekasih bersandarlah di bahu waktu di tirai putih membalut tubuh kurangkul engkau tiada jemu.
"Hembuskan napas perlahan, usah terburu, usah meragu Engkaupun sungguh tahu, Malam tiada pernah berkesudahan..."
Saturday,April 17, 2010 at 9.48am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar